Lama
tidak mendengar kabarmu. Bagaimanakah kamu sekarang? Semoga kamu dijaga olehnya
dengan baik. Jangan sampai percuma melepas aku, jauh dariku bukan berarti tanpa
tertawa. Meski iya sedihnya tak selucu aku. Janganlah jatuh air matamu,
meninggalkan aku sendiri kan seharusnya bukan untuk bersedih sepanjang hidup. Semangatlah
untuk membuat dirinya mencintaimu. Memang, sesekali aku mencoba mencinta. Mendobrak
pintu hatiku, namun apa mau dikata? Malah melukai perasaan orang. Apa cinta yg
meledak-ledak menghancurkan hati sendiri? Sebab setiap bunyi hantaman keras, ku
dengarnya bagai namamu. Beberapa menyukaiku dengan lembutnya, tapi tidak sedalam
kamu mengenal aku.
Aku punya
langit cinta yang siap menghujanimu. Tetapi, kau malah merasa ada diatas awan. Sambil
kau acuh dan mengabaikan hadirnya aku disini, maukah kau sebentar saja menoleh
ke arahku? Untuk melihat betapa aku bodoh sekali. Aku tidak mengerti dan lebih
banyak jadi mengapa, terkadang entah, terkadang yasudah. Sekarang, apa maumu? Melihatku
menangis menjerit-jerit tetapi sambil memberi tepuk tangan? Karna kau hebat
sayang, hebat. Sadarilah tentang betapa hebatnya kau bersandiwara, hingga aku
jadi bahagia setengah mati. Kini ketulusanku telah kalah oleh kerinduanmu. Kerinduanmu
akan kesedirian. Kau tidak jatuh cinta padaku, kau hanya jatuh cinta pada
saat-saat indah bersamaku. Setelah jauh waktu berjalan, berkali-kali siang
berganti malam, ternyata aku hanya sesuatu tetapi bukan siapa-siapa. Aku bukan
pujaan untukmu. tetapi Inilah aku, meski jarang membuatmu tertawa,
setidaknya aku tak selalu membuatmu sedih. Tapi, jika humor rasanya tidak membuatmu tertawa lagi, semoga
sedihku bisa kamu tertawakan :)
kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan bertanya kenapa
baru sekarang. Kalau kaau datang, aku berjanji tidak akan membuatmu berdiri
didepan pintu terlalu lama. Kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan bertanya
hati mana saja yang telah kau lewati untuk sampai disini. Karna dengan
langkahmu, aku terbangun dari mati suri yang ku nina bobokan sendiri. Kalau kamu
datang, tolong jangan pergi. Aku lelah menjaga pintu. Kalau kamu datang, aku
berani sumpah aku tenang.
oh ya seiring berjalannya waktu. sejak kau memutuskan pergi tanpa ada kata pisah, sejak kau memustuskan untuk bersamanya, akhirnya aku bisa tersenyum lagi. Senyum kecil, senyum yg sama yg
pernah aku lempar disaat aku tau bahwa aku bukan satu-satunya. Seharusnya aku
lebih berekspresi, sebab kebohongan ini amat menyentak. Aku ingin melangkah
mundur, sambil memberi tepuk tangan. Kau hebat, ini panggungmu, tempatmu lihai
bersandiwara. Sementara aku, terlampau merasakannya. Terkadang, pengakuan
adalah pukulan yang telat. Terimakasih, setidaknya setelah kau ketahuan kau
tidak menyangkal. Sekarag aku harus bagaimana? Kenyataannya ternyata hatiku yg
berbicara dengan otakmu. Dan orang terlanjur mengatakan bahwa kita cocok. Sial,
aku tidak tahu harus bagaimana? Sekalipun aku tahu kau salah. Orang yg salah
patut dihukum sebelum pintu maaf terbuka lebar. Namun hukuman apa yang pantas
untuk pembohong? Beritahu aku apa. Aku tidak mungkin hanya sekedar menghujam
sumpah. Sebab kata-kata kutukan tidak seharusnya keluar dari mulutku. Mungkin suatu
hari, saat kau telah menggenggam semua keinginannmu kau hanya akan bertanya aku
dimana, sambil menyiksa diri sendiri. Apa ada banyak aku di kepalamu? Aku yang
bagaimana yang kamu mau? Aku yang hitam? Aku yang putih? Aku yang besar? apa
aku yang kecil? Aku Cuma satu, andai itu cukup bagimu. Padahal dengan sedikit kepura-puraan, aku bisa membuatmu tersenyum. Dengan
bersandiwaara, aku bisa membuatmu percaya. Tetapi tidak dengan cara itu aku
ingin dicinta. Rasa kagum ada syaratnya. Tetapi, cinta memiliki hukum sendiri. Aku
ingin mengakui, bahwa ini lah aku yang sesungguhnya. Aku tidak apapa nya
dibanding sosok dia yang kamu kenal. Mungkin disisi lain banyak juga orang berkata bahwa aku
bukan orang yang tepat untukmu. Mungkin mereka benar. Aku hanya tidak ingin
membenarkan kelemahanku. Namun, kau boleh mendengarkan aku berbicara dengan
jujur. Sebab karna aku mencintaimu, aku sanggup mengatakan hal ini. Aku tidak
ingin menyakitimu. Bahkan aku tidak sanggup melakukannya. Aku mencintaimu,
entah darimana aku mendapakan kekuatan itu. Tetapi demi kamu aku akan berjuang
melawan segala keinginanku. Aku tau ini bukan hal yg mudah untuk membuatmu
yakin. Terlebih mereka, ada berbagai noda melekat didiriku. Kau boleh
melihatnya. Sekarang, siapa yang sangka kau ada dihati ini? Membasuhku dengan
ketulusan. Aku tidak mengatakan bahwa hatiku sepenuhnya bersih. Namun aku
percaya, bila aku dengan kamu yang mampu akan berjalan diarah yg benar dan
menjadi peribadi yg lebih baik. Hanya dimatamu aku melihat keyakinan dan
melihat diriku yang sebenarnya, yang tidak ditutup-tutupi juga tidak
disembunyikan. Inilah aku, yang karna kehadiranmu, aku patut mengucapkan rasa bersyukur ku kepada Tuhan. tetapi itu dulu, sebelum semua berakhir seperti ini.