Seperti anak kecil yang ingin bermain game, tapi PC tersebut
tidak menyediakan aplikasi game. Iya seperti itu.
Takkan ada yang mengerti
dengan maksud ku yang pertama itu. Bukan tentang kesedihan ataupun tentang
kebahagiaan. Dibilang sedih tidak, dibilang bahagia pun tentu tidak. Terlalu munafik
jika aku mengatakan seperti itu. Tentang menanti, menunggu, bertahan. Terlalu banyak
“mereka” aku pikir hingga aku pun tak mengerti dengan apa yang ada dalam kepala
dan hatimu. Entah dan entahlah. Memang tak ada yang tidak apa-apa jika sepotong
hatinya telah pergi bahkan sudah mengisi origami hati yang lain. Tapi apakah
kau berkenan jika aku mengatakan itu? Mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Entah
apa yang kamu pikirkan dalam kepalamu ketika aku mengatakan ini. Tapi sunguh
aku baik-baik saja. Iya. Aku baik-baik saja. Tapi jangan khawatir akan
ini. jangan khawatir akan aku. Aku bisa menangani semuanya. Sungguh. aku tak mengapa. Iya. InsyaAllah. Justru aku lebih memikirkan
dengan “mereka”nya kamu. Iya mereka. Kau tak memikirkan mereka? Bagaimana dengan
hati mereka? Pasti kamu kebingungan dengan kata “mereka” disini. Coba renungkan.
Maknai. Mereka disini itu siapa? Hanya kamu yang bisa menjawab. Aku takkan
menyebutkan satu persatu disini karena aku tak ingin disebut “so’tau”.
Apa kau pernah membongkar sesuatu dan ketika kau merakitnya
kembali dipertangah, tiba-tiba kau buntu
dan seperti kehilangan akal dan cara, apa kau akan membiarkan semuanya itu
berantakan begitu saja? Dan kau tidak melanjutkan kembali karena tiba-tiba kamu
berhenti sampai disitu dan membiarkan itu berantakan tanpa dibereskan
rapi-rapi. Memang sangat sulit apabila semuanya telah hilang cara. Tetapi Pemuda yang tau akan tanggung jawab,
pemuda yang yang tak pernah menyerah pasti akan terus mencoba sebelum dia
berhenti sampai disitu menurutku. Kau kebingungan akan maksudku? Maklumi saja,
aku masih pada tahap-tahap menulis. Bisa
dibilang aku masih awam tentang tulis menulis ini. Tapi jika kau ingin tahu
maksudku, inilah.
Seperti halnya cinta dan luka. Jika kau merakit cinta dan
tiba-tiba kau merasa bosan ataupun malah meninggalkan ia begitu saja,
membiarkan cita itu berantakan. Setega itu kah dirimu menghadirkan luka dalam
keberantakan cintanya itu? Setidaknya jika kau membiarkan luka menghampiri si
cinta, kau perbaiki lagi. Kau rapihkan dengan benar. Lumpuhkan luka itu. Tak perlu
kau rapi kan kembali dengan perasaan cinta lagi. Setidaknya perbaiki lah cinta
yang kau punya itu. Jangan sampai ada kesalah
pahaman antara cinta yang kau rakit itu.
0 komentar:
Posting Komentar