Mungkin mataku terlalu peka. Sehingga di tempat yang tak di duga sebelumnya, aku selalu berhasil menemukanmu.
Aku selalu melihatnya
Aku selalu menatapnya. tetapi, dia
menatap yang lain.
Dia menatap, tapi bukan aku.
Tunggu, sampai mulutku tak lagi
gagu. Sampai bicaraku lancar tanpa harus terganggu oleh jantung yang dengan
cepat berdebar. Biarkan aku berkreasi sambil membaca situasi, dan selama itu
pula biarkan aku menunggumu.
Aku mengerti bahwa adanya rasa
bukan untuk diterka, jadi biarlah ia tetap indah sebagai sesuatu yang tak
disangka. Suka tidak suka.
Kehadiran rasa ini membuatku tak
lekang bersyukur sepanjang waktu. Memang bersyukur itu harus setiap waktu,
bahkan setiap saat. Tapi bersyukur disini berbeda karena tiba-tiba aku menyelipkan
namamu dalam setiap irama doa ku.
Jangan panggil aku secret
admirer-mu, atau pemuja rahasia atau apapun itu untuk sebutan orang-orang sepertiku yang
tak berani menatap dari depan dan sibuk mencari di belakang.
Bahkan aku tak berkeinginan untuk
menunjukan rasaku. Tak berkeinginan untuk ingin selalu dekat denganmu, dan tak berharap
agar kamu mengerti rasaku. Aku terlampau sadar. Siapa aku?
Apalagi sekarang ini aku dan kamu terhalang oleh jarak. Lost communication.
Aku teringat dengan perkataan
salah satu penulis favoritku. Fahd pahdepie.
“jangan mengejar-ngejar
seseorang. Jangan memohon-mohon. Seseorang yang menghargaimu, seseorang yang
layak untukmu, takkan tega membiarkanmu mengejar-ngejarnya dan memohon-mohon
kepadanya.”
0 komentar:
Posting Komentar