Hai. Bagaimana kabarmu? Ku dengar kau
kehilangan sesuatu barang yang pintar. Turut berduka ya. aku pun merasa
terpukul. Loh? Kok aku ikut-ikutan terpukul? Entahlah. Sungguh, akupun merasa
sedih. Pantas saja, sudah 3 mlm ini tidur ku tak nyenyak ketika aku mengetahui
kamu pergi ke sebrang kota sana. Sejak dari situ, tak ada pemberitahuan darimu
masuk ke dalam handphoneku. Aku berhusnudzon saja, mungkin kamu tak sempat.
Padahal beberapa bulan ini kita dekat dan kenal satu sama lain. Kamu yang menyebalkan tapi menyenangkan. Kamu yang dingin seperti angin. Kamu yang ramai juga lebay dalam berpresepsi. Ah, kenapa harus hilang? Padahal itu satu cara alternatif ku agar bisa berbicara denganmu walaupun hanya mengandalkan beberapa aksara. Karena bertemu langsung, aku tak bisa menyapa. Entahlah, keberanianku tidak setinggi itu. Rasanya aku ingin memarahimu! Seperti kamu yang sering mengejekku jika aku melakukan kesalahan atau tidak masuk akal. Ah kamu teledor! Pertengkaran? Ejekan? Argumen berbeda? Meskipun tak ada hal2 yang manis ketika kita berbicara dalam tulisan, tapi sungguh! Pertengkaran itu yang membuatku rindu.
Padahal beberapa bulan ini kita dekat dan kenal satu sama lain. Kamu yang menyebalkan tapi menyenangkan. Kamu yang dingin seperti angin. Kamu yang ramai juga lebay dalam berpresepsi. Ah, kenapa harus hilang? Padahal itu satu cara alternatif ku agar bisa berbicara denganmu walaupun hanya mengandalkan beberapa aksara. Karena bertemu langsung, aku tak bisa menyapa. Entahlah, keberanianku tidak setinggi itu. Rasanya aku ingin memarahimu! Seperti kamu yang sering mengejekku jika aku melakukan kesalahan atau tidak masuk akal. Ah kamu teledor! Pertengkaran? Ejekan? Argumen berbeda? Meskipun tak ada hal2 yang manis ketika kita berbicara dalam tulisan, tapi sungguh! Pertengkaran itu yang membuatku rindu.
Aku takut. katamu takut itu hanya pada Tuhan
Pencipta Kita, aku tau betul akan itu. Tapi ini bukan takut yang seperti itu. Bersusah
payah aku bisa mengenalimu. Perkenalan yang kurasa sebelumnya tidak akan pernah
terjadi. Sudah 14 bulan aku mengenalimu, dan hanya 5 bulan aku bisa berbicara
denganmu. Berbicara tanpa suara. Bahkan, aku lupa suaramu seperti apa.
lost
communication. up time can not be determined
2 minggu yang lalu, langit malam dan udara berkolaborasi menerjemah hatiku. Mereka mengantarkanku menemui si dingin. Itu adalah hal-hal yang tak
pernah ku sangka seblumnya, seperti perkenalan kita. Ketika aku melihatmu,
tanpa sadar aku menghentikan laju angkutan umum dan beranjak menapaki kakiku di
tempat itu. Dan apa yang terjadi? Ketika telapak kakiku berjalan 1 langkah dan sebuah
kebetulan apalagi ini? Kamu mengabariku dengan deretan aksara sederhana yang
membuatku senang sebelaga. Kau memintaku untuk menemuimu, apakah itu hanya
basa-basi? Beberapa detik kemudian aku menemukan jawabannya. Ketika kamu
beranjak pergi dan menyalakan kendaraanmu itu. Oh, itu hanya basa-basi biasa
yang sering ia ucapkan seperti “main yu” kata itu hanya sebuah aksara yang
tidak tentu kejelasannya.
Berada di belakangmu saja itu sudah
cukup, meskipun dingin malam itu menusuk. Aku yang berani melihatmu di belakang
juga tak berani melihatmu dari depan.
People behind the scenes
0 komentar:
Posting Komentar