Akan ku ceritakan seperti apa kau dimataku, hingga ku namakan kau "dunia".

Rabu, 18 Mei 2016

Hai. Bagaimana kabarmu? Ku dengar kau kehilangan sesuatu barang yang pintar. Turut berduka ya. aku pun merasa terpukul. Loh? Kok aku ikut-ikutan terpukul? Entahlah. Sungguh, akupun merasa sedih. Pantas saja, sudah 3 mlm ini tidur ku tak nyenyak ketika aku mengetahui kamu pergi ke sebrang kota sana. Sejak dari situ, tak ada pemberitahuan darimu masuk ke dalam handphoneku. Aku berhusnudzon saja, mungkin kamu tak sempat.
Padahal beberapa bulan ini kita dekat dan kenal satu sama lain. Kamu yang menyebalkan tapi menyenangkan. Kamu yang dingin seperti angin. Kamu yang ramai juga lebay dalam berpresepsi. Ah, kenapa harus hilang? Padahal itu satu cara alternatif ku agar bisa berbicara denganmu walaupun hanya mengandalkan beberapa aksara. Karena bertemu langsung, aku tak bisa menyapa. Entahlah, keberanianku tidak setinggi itu. Rasanya aku ingin memarahimu! Seperti kamu yang sering mengejekku jika aku melakukan kesalahan atau tidak masuk akal. Ah kamu teledor! Pertengkaran? Ejekan? Argumen berbeda? Meskipun tak ada hal2 yang manis ketika kita berbicara dalam tulisan, tapi sungguh! Pertengkaran itu yang membuatku rindu.

Aku takut. katamu takut itu hanya pada Tuhan Pencipta Kita, aku tau betul akan itu. Tapi ini bukan takut yang seperti itu. Bersusah payah aku bisa mengenalimu. Perkenalan yang kurasa sebelumnya tidak akan pernah terjadi. Sudah 14 bulan aku mengenalimu, dan hanya 5 bulan aku bisa berbicara denganmu. Berbicara tanpa suara. Bahkan, aku lupa suaramu seperti apa.

lost communication. up time can not be determined


2 minggu yang lalu,  langit malam dan udara berkolaborasi menerjemah hatiku. Mereka mengantarkanku menemui si dingin. Itu adalah hal-hal yang tak pernah ku sangka seblumnya, seperti perkenalan kita. Ketika aku melihatmu, tanpa sadar aku menghentikan laju angkutan umum dan beranjak menapaki kakiku di tempat itu. Dan apa yang terjadi? Ketika telapak kakiku berjalan 1 langkah dan sebuah kebetulan apalagi ini? Kamu mengabariku dengan deretan aksara sederhana yang membuatku senang sebelaga. Kau memintaku untuk menemuimu, apakah itu hanya basa-basi? Beberapa detik kemudian aku menemukan jawabannya. Ketika kamu beranjak pergi dan menyalakan kendaraanmu itu. Oh, itu hanya basa-basi biasa yang sering ia ucapkan seperti “main yu” kata itu hanya sebuah aksara yang tidak tentu kejelasannya.

Berada di belakangmu saja itu sudah cukup, meskipun dingin malam itu menusuk. Aku yang berani melihatmu di belakang juga tak berani melihatmu dari depan.



People behind the scenes

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Blog Saya

RM

Mengenai Saya

Foto saya
Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia

Hallo

the art of overthinking

It cannot be more simple than it is — with life comes all these rapid changes pretty unexpectedly, whether it greets you loudly or tries to ...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

About