Akan ku ceritakan seperti apa kau dimataku, hingga ku namakan kau "dunia".

Enter Slide 1 Title Here

Enter Slide 2 Title Here

Enter Slide 3 Title Here

Kamis, 31 Oktober 2019

November datang membawa hujan,
Apa rambutmu sudah panjang?
Aku berharap kamu tetap dengan rambut gondrongmu karena aku suka itu.

Entah mimpi yang ke berapa ratus kali, alam bawah sadarku berhasil menemuimu kembali.
Bahkan dalam mimpi pun, aku hanya bisa melihatmu dari jauh.


Aku tidak tahu lagi bagaimana harus menunggu.
Waktu yang ku habiskan untuk berpasrah, entah mengapa justru membuatku merasa tak cukup layak untuk berharap.

Aku punya keinginan untuk berhenti, menjauh dari seluruh angan di kepala.
Tapi hatiku enggan beranjak, ia menolak untuk dipulihkan dari harapan yang keliru.

Aku tidak menyalahkan kamu yang memilih menjauh, aku hanya tidak pernah berhasil menemukan jawaban mengapa saat itu kamu tidak melarang aku menunggu.

Sering sekali aku bertanya kepada diri sendiri;
Apakah kamu mampu menjalani hari-harimu dengan tenang, saat kamu tahu di luar sana ada seseorang yang setiap hari membalut hatinya dengan penantian-penantian yang sebenarnya adalah luka?
Apakah kamu pernah berpikir untuk kembali, dan meminta aku untuk berhenti?
Apakah kamu tidak pernah berdo'a kepada Tuhan agar menghapus seluruh perasaanku kepadamu?

Aku tidak tahu apa-apa, bahkan pada diriku sendiri aku juga tidak mengerti.

Setiap hari aku menghabiskan waktu untuk berpura-pura sibuk.
Tapi selalu ada celah bagi jari-jariku untuk mengetikkan namamu di menu pencarian beberapa media sosial.
Demi Tuhan, aku selalu ingin tahu kabarmu.
Entah bagian mana yang penting, tapi aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja.

Aku kerap memaki rindu, mengutuk cemas yang membuatku semakin tidak tahu diri. Tapi aku selalu patuh, meski tahu kenyataan yang ku temukan adalah kenyataan yang sama sekali tidak aku harapkan. Aku tetap ada, berharap kamu berbalik dan menyadari bahwa tidak ada yang berhasil menghilangkan aku-tidak juga pergimu.

Aku menolak menyebut kebetulan setiap kali kamu melihat instastory ku, setelah sekian lama menghilang tanpa kabar. Bagiku kamu adalah keajaiban, kebaikan-kebaikan yang dihadiahkan Tuhan atas sabarku menunggu dan berdoa.

Aku berharap semoga aku tidak pernah lagi patah hati dan terluka. Aku berharap semoga caraku mencintaimu tidak salah. Aku berharap bisa bahagia setiap kali melihat senyum bahagiamu bersama siapapun yang berhasil membuatmu jatuh cinta.

Jangan terlalu mengasingkan diri.
Aku memang mencintaimu tapi aku juga tahu ada batas yang harus ku jaga.

Kamu pergi tanpa menegaskan bagaimana perasaanmu saat itu.
Kamu meninggalkan kekalutan yang tak bisa ku hadapi sendiri.
Bukankah sebelum kamu pergi, kita baik-baik saja?
Segalanya menjadi rumit setelah kamu pergi bahkan kita menjadi asing kembali.

Haruskah aku menunggu?
atau haruskah aku menyerah dan berhenti saja?
Jika aku menunggu, bagaimana jika ternyata kamu tidak datang?
Jika aku menyerah, bagaimana jika kamu kembali, karena ternyata selama ini kamu hanya butuh jeda?

Aku hanya tidak ingin menyesal.

Jumat, 18 Oktober 2019

Oktober yang asing dan kita yang semakin mengasingkan diri.
Aku tidak tahu bahwa cerita yang tak rela ku selesaikan mampu membawaku sejauh ini.
Sebelum semuanya benar-benar berakhir, izinkan aku membawamu kembali pada masa saat kita masih baik-baik saja; tanpa canggung untuk saling menyapa dalam story, tanpa malu-malu bertanya kabar lewat direct message, tanpa takut mengaku rindu.
Aku ingin seperti dulu, lagi, lagi, dan lagi.
Tak peduli apa yang kau pikirkan, aku akan melarangmu menjauh, apalagi pergi untuk meninggalkan aku yang tak bisa diam mencarimu.
Aku menolak mengenangmu, sebab hatiku tidak akan pernah menerimamu sebagai kenangan.
Semakin hari, rindu akanmu juga semakin menyerangku, semakin gaduh, tapi aku tidak bisa mengelak.
Aku menerimanya sebagai sebuah pemakluman.
Entah apa yang terjadi, oktober yang asing gagal membuatku mengasingkan diri.
Aku yang seperti ini dan tidak tahu caranya berhenti.
Aku sudah berusaha bergerak maju; menjauhimu tapi waktu memaksaku berjalan mundur— menemuimu yang tak lagi sama.
Aku bergerak, tapi perasaan tetap sama; menunggu kau bergerak, tak lagi mengucapkan selamat tinggal, tapi akan ku ucapkan selamat datang.

Popular Posts

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Blog Saya

RM

Mengenai Saya

Foto saya
Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia

Hallo

the art of overthinking

It cannot be more simple than it is — with life comes all these rapid changes pretty unexpectedly, whether it greets you loudly or tries to ...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

About