Aku tak bisa melunakkanmu yang keras dan kamu tak mampu menenangkanku yang berisik. Ah kita, berdua luka, sendiri sepi.
Aku yang mati-matian sibuk berlari ke arahmu, kamu yang mati-matian sibuk berlari ke arah yang lain, sementara dibelakangku ada yang mati-matian berlari ke arahku.
se "lucu" itu, ya?
Entahlah, sekarang ini kamu sedang melihat siapa. Dari gerak gerikmu sepertinya kamu sedang melihat seseorang. apa dia yang akhir-akhir ini membuatmu tertawa? senang? bahagia? semoga seperti itu. Jika memang dengan segala yang ku lakukan adalah bagian dari sebuah ke bencianmu, semoga dengan seseorang itu kamu bisa terlahir sebagai sosok kamu yang utuh dengan kebahagiaan yang sempurna jauh semakin baik.
Jika memang puncaknya harus merelakanmu dengan yang lain, aku bersedia sakit demi mu yang terlahir kembali menjadi sosok sebahagia mungkin.
Tapi meskipun demikian, aku tetap akan menunggumu hingga kamu melihat ke arahku.
Senin, 11 November 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Entah sudah berapa puisi ku tulis untuk menceritakan semua tentangmu. Mungkin tak akan ada habisnya. Sebab aku ingin selamanya menulisk...
-
Tentang ikhlas adalah sebuah pelajaran dengan bab-bab yang tidak pernah aku temukan akhirnya. Jika ikhlas serupa samudra, perahu seperti apa...
Cari Blog Ini
Diberdayakan oleh Blogger.
Daftar Blog Saya
RM
Mengenai Saya
Hallo
the art of overthinking
It cannot be more simple than it is — with life comes all these rapid changes pretty unexpectedly, whether it greets you loudly or tries to ...
0 komentar:
Posting Komentar