Perempuan itu menatap dengan tatapan kosong,. Iya,
akhir-akhir ini dia sering melamun. Di rumah, angkutan umum, tempat makan,
tempat kerja dan semua tempat yang ia singgahi. Entah melamunkan apa. Sesekali dia
tersenyum dan tertawa, namun akhirnya dia menjadi sosok pendiam kembali. Dia tertawa,
dia tersenyum, tapi terlihat sedih. Yang ia rasakan, hatinya seakan mati. Mati untuk
percaya lagi, mati untuk jatuh cinta, lagi. Dia sedang menunggu, tapi tidak
tahu sedang menunggu apa. Tidak tahu apa atau siapa yang sedang ia tunggui. Jika
kehidupan nyata ini seperti dunia dongeng, mungkin akan menemukan judul “seorang
putri menunggu pangeran”. Ya, tapi ini nyata. Sangat berbeda dengan dongeng
yang di tulis oleh penulis fantasi. Dia tahu betul bahwa ini bukan dongeng. Entahlah,
mungkin saat ini dia hanya ingin sendiri. Menikmati setiap butir luka yang ia
rasakan. Menikmati sendiri yang memang membuat dia merasa sedih tetapi leluasa.
Dia pandai menahan sedih, cukup dengan sebuah guyonan kecil yang membuat dia
tidak terlihat seperti bersedih. Mungkin, ia tidak pernah lagi menunjukan
kesedihannya, justru dengan menyembunyikan itu dia merasakan sensasi yang lebih
lebih. Ketika harus berpura tidak ada apa-apa. Semoga hanya untuk sementara waktu
perempuan itu berada pada posisi ini, semoga senyum dan tawa nya kembali
seperti semula.
Jumat, 03 Maret 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Entah sudah berapa puisi ku tulis untuk menceritakan semua tentangmu. Mungkin tak akan ada habisnya. Sebab aku ingin selamanya menulisk...
-
Tentang ikhlas adalah sebuah pelajaran dengan bab-bab yang tidak pernah aku temukan akhirnya. Jika ikhlas serupa samudra, perahu seperti apa...
Cari Blog Ini
Diberdayakan oleh Blogger.
Daftar Blog Saya
RM
Mengenai Saya
Hallo
the art of overthinking
It cannot be more simple than it is — with life comes all these rapid changes pretty unexpectedly, whether it greets you loudly or tries to ...
0 komentar:
Posting Komentar