Akan ku ceritakan seperti apa kau dimataku, hingga ku namakan kau "dunia".

Enter Slide 1 Title Here

Enter Slide 2 Title Here

Enter Slide 3 Title Here

Senin, 20 Juli 2020

tadi pagi bangun dengan keadaan masih ingin lama-lama tinggal dalam mimpi, aku memimpikannya. dia sangat jelas, mataku gak pernah berhenti buat natap dia, bola matanya, hidungnya, bibirnya, rambutnya yang ia biarkan tidak dicukur, aku jatuh cinta lagi berkali-kali. apa arti mimpinya?
kali ke berapa aku memimpikannya, dalam satu minggu bisa beberapa malam berturut-turut aku memimpikannya. entah karena perasaan kangen, atau apa? kalau bertemu secara nyata kadang aku memerhatikannya beberapa detik dan bergumam "dia yang ada dalam mimpi, aku ingin sebentar saja memeluknya dan rambut yang sengaja tidak ia cukur itu aku ingin membuat rambutnya berantakan."
lalu ketika aku terbangun, suhu tubuh ku dan semua tubuhku masih belum ada perubahan dari hari kemarin, padahal obat sudah ku minum tapi belum ada perubahan. kemarin pagi saking pusing dan lemas sampai pingsan didepan rumah, lalu dipaksakan kerja, di kantor nahan sakit sambil kerja, tapi daripada di rumah istirahat, cuma tidur, lebih baik keluar sampai lupa kalau aku sedang sakit.
tapi gara-gara mimpi semalam aku jadi ingin mengunjungi  salah satu kedai yang aku dan dia bertemu disana dua minggu kebelakang, apa aku ke sana aja ya? tapi.. aku takut badanku tiba-tiba merengek, tapi aku pengen kesana..
Baru saja telah melihat videonya bernyanyi sambil bermain gitar. Dan ya, kenapa air mata selalu keluar setiap liat video dia bernyanyi sambil bermain gitar?
kayak ngerasa jauh banget, jauh buat menggapainya. Dia, seseorang yang bahkan tidak bisa ku gapai. Kayak ngerasa gak pantes buat dia, kayak ngerasa cuma pengganggu di hidupnya, kayak ngerasa benalu, kayak ngerasa orang termenyedihkan se dunia. Dia yang sedang mengharapkan orang lain, dia yang sedang berjuang untuk orang lain, dia yang sedang menantikan orang lain. Di hidupnya, aku sama sekali tidak di butuhkan. Aku harus pergi, demi bahagianya, demi dia baik-baik saja. 

Minggu, 19 Juli 2020

Minggu pagi bangun tidur tubuh mulai merasakan hal-hal yang berbeda dari biasanya. Suhu badan panas, tenggorokan sakit, pilek, dan migrain. Aku baru ingat sepulang malam kemarin hanya meminum air putih satu gelas lalu tertidur dan tidak makan, padahal terakhir makan nasi itu sabtu siang pukul dua belas lalu sore hari memakan es krim dan roti sambil mendengar tentang cerita temanku. Sore itu pukul 17:30 aku bersama temanku sepakat untuk mengunjungi sebuah tempat, gak mengunjungi sih tapi hanya melewati. Aku berusaha menemani temanku yang suaasana hati dan pikirannya sedang tidak baik. Sebenarnya hampir 3 minggu ini pikiran dan hatinya tidak baik, dan sebisa mungkin aku selalu berada di sisinya. Aku dengar ceritanya, aku mencoba memahami segala isi hati nya, sedih sih ketika ngeliat teman dekat dengan dunianya yang sedang tidak baik, berasa ikut sedih dan juga sakit, sampai aku pun mengeluarkan air mata, rasanya aku gak mau liat teman-temanku merasakan sakit hati atau bersedih akibat orang-orang di dunianya, ngerasa gagal jadi seorang teman kalau ada salah satu temanku bersedih hati. Aku coba menenangkan, memahami, menyimpulkan segala sesuatu dari sudut yang terbaik, walau memang kenyataan yang dia terima sangat sulit, aku gak tau rasanya kayak gimana, tapi aku mencoba untuk menenangkan hatinya. Tugasku mengembalikan senyumannya apapun itu caranya. 
Kemarin sore aku mengunjungi salah satu daerah yang tidak asing juga bagiku karena beberapa kali aku pernah melewati jalanan itu. Daerah sana memang terkenal dengan udara dingin, mungkin sebab itu juga badanku merasa tidak baik ketika bangun pagi tadi. Aku lupa memakai jaket, minum air putih juga makan. Aku memang tidak bisa kalau tidak makan nasi, aku juga tidak bisa kalau kedinginan. Tapi aku sangat menyukai es batu, dan kata orang-orang sih aku menyukai orang yang rata-rata mempunyai sikap dingin. Iya, aku mengakui itu.
Dia dingin, sangat dingin, entah hanya kepadaku atau memang begitulah sikapnya. Tapi dia pernah mengatakan bahwa dia memang seperti itu dan aku menyukainya.
Beberapa hari yang lalu aku mendengar bahwa dia sedang dekat dengan seorang perempuan. Entah kenapa, selalu saja ada orang yang memberitahuku, padahal aku tidak memintanya. Katanya, dia sangat menyukai perempuan itu, dan seketika aku mengerti sebab dia sangat dingin terhadap ku dan tidak mau membuka hati, ternyata ada seorang perempuan dalam hatinya. Aku mendengar cerita bahwa dia sangat akrab dengan perempuan itu, aku yang selalu ingin akrab disetiap pertemuan, yang selalu ingin berbagi senyum canda tawa disetiap pertemuan, sepertinya aku kalah telak dengan perempuan itu. 
Terlintas dalam pikiranku bahwa sepertinya perempuan itu baik, perempuan cantik juga manis, mampu mencairkan dia yang beku, mampu merubah suasana hati dia menjadi ceria, tidak seperti aku yang bertemu saja aku harus menghela nafas berkali-kali, menyapa saja harus berpikir kata-kata apa yang harus aku keluarkan ketika menyapa, belum lagi aliran darah yang tiba-tiba mengalir cepat sampai jantung tidak bisa diatur menyebabkan getaran yang bikin keadaan jadi kaku.
Berkali-kali aku bercermin dan mengutuk diri sendiri, seorang perempuan seperti ku yang banyak sekali kekurangan pantas saja dia tidak mau melihat ke arahku. Aku merasa tidak pantas.
Dalam penantianku selama ini, berkali-kali aku selalu merasa tidak pantas dan berniat untuk berhenti. Ini sudah kali keberapa dan aku merasa belum bisa untuk berhenti.
Tetapi aku merasa di titik lelah. Aku lelah dengan ini semua. Aku capek. Tapi aku tidak tau bagaimana harus berhenti. 
Nama dia selalu ada disetiap hal-hal dikepala ketika berpikir, dan juga hati. Setiap waktu, detik, menit, jam, nama dia selalu ada dan tidak pernah absen.

Kamis, 16 Juli 2020

Rabu, 15 Juli 2020

dua ribu delapan belas bulan september, cuman aku gak inget tanggal berapa. waktu itu aku liat salah satu akun instagram adik kelas ku dan liat postingan yang ditandai, aku liat ada akun kelasnya dan gak tau kenapa aku pengen liat akun itu. aku buka akun instagram kelasnya lalu melihat salah satu foto, aku klik namanya (karena fotonya ditandai ke akunnya) aku liat akun instagramnya yang ternyata salah satu teman kami sama. aku liat foto-fotonya, entah apa yang aku rasain tanpa basi basi aku follow dia, dan gak lama dari situ dia follow back aku. inilah awal mula dari semuanya.
saat itu aku gak tau dia siapa, dan aku gak berusaha untuk nyari tau juga, yaudahlah cuma temenan di instagram aja kali sama kayak yang lain, karena emang dunia sosial media gitu kan, berteman di sosmed tapi di dunia nyata engga. cuma aku sering banget liat dia post story tentang kopi, aku saat itu belum terlalu penasaran dengan kopi-kopi itu malah aku gak suka karena kopi menurutku pait dan bikin aku gak bisa tidur, makanya setiap aku ke coffee shop aku gak pernah pesan kopi, kopi adalah list menu yang gak bakalan aku pesan waktu itu.
tapi seiring waktu berjalan, aku dan dia cuma jadi viewers story dan viewers postingan, kita bercengkrama hanya lewat postingan, maksudnya cuma liat postingan lalu "disukai" hanya sebatas itu.
suatu waktu salah satu musisi indie favoritku di undang ke daerahku. oya waktu itu aku sedang terjebak dalam hubungan komitmen toxic yang sebenarnya aku pengen keluar dalam hubungan tersebut dan juga ada beberapa orang yang mencoba mendekat.
aku punya tiket dua kalau gak salah dan itu pemberian dari orang yang nyoba buat deketin aku, salah satu dari kedua orang itu adalah temennya temen aku. padahal aku gak minta atau apapun, tiba-tiba diberi tiket.  mau aku tolak, gak enak banget karena udah dibeli. dan aku tau mereka beri itu pasti ada maksud dan tujuan, aku udah mikir aja pasti nanti pas acaranya berlangsung pengen barengan, iya kan? dan aku gak mau. aku bukannya gak bisa milih atau gimana ya, tapi emang gak mau, risih aja gitu kayaknya, terlebih aku gak terbiasa terlalu deket sama laki-laki diluar ikatan hubungan. gak bisa aja gitu. 
lalu aku post lah di instastory, aku lupa sih kata-katanya gimana, tapi yang jelas aku menawarkan tiket gratis tapi khusus untuk perempuan, kenapa demikian karena aku gak enak kalau harus nolak ajakan orang yang udah beli tiket, jadi aku berusaha untuk menghadirkan seorang perempuan buat bisa jadi temen aku disana, jadi aku gak sama orang-orang itu juga sih. nah waktu aku post tiket, itu kali pertama kita bercengkrama by direct message dan ada ke anehan, aku membalasnya, yang biasanya aku gak bisa buat bales dm dari orang yang gak ku kenal, ini malah langsung di balas dan biasa aja gak ada unsur jutek-juteknya (karena kalaupun aku bales dm dari org yg gak ku kenal, pasti aku blsnya jutek).

08 November 2018 
U : Boleh tuh 1 disumbangin
N : Mau di sumbangin ke perempuan :D
U : Ke lelaki atuh, ke kami haha
N : Haha soalnya biar ada temen cewe
U : Temenan mah sama cowo juga gpp, jadi ke cowo aja Haha
N : Bukannya gitu, yang beliin nya dua duanya cowo masalahnya
U : Bisa dimengerti
N : Yap seperti itulah, maaf ya 
U  : Santai santai 

dan berakhir dengan stiker emoticon.
mau tau apa perasaanku saat itu? aneh sih, ngerasa seneng karena dia dm, padahal isi dm nya biasa aja. tapi aku berusaha buat lupain ke senangan itu, kayak "ah baru kenal" dan sebenarnya aku selalu memerhatikan akun instagramnya, liat dia jadi viewers storyku, gitu aja aneh seneng banget. 
oh ya di bulan Desember aku memutuskan untuk keluar dari hubungan komitmen yang toxic itu, sebenarnya hubungan kita bisa banget untuk di selamatkan terlebih kalau inget komitmen kita, tapi aku gak bisa bertahan dengan ke toxic-an itu, aku memilih keluar dan terbebas. Soal orang-orang yang bertujuan mendekatpun aku ngerasa itu biasa aja dan gak aku gubris kalau untuk ke tahap-tahap yang lebih, kalau cuma berteman gakpapa. hari demi hari berlalu kehidupan berjalan semestinya, rasa hampa dan bosan setiap hari semakin menghampiri. ada yang datang tapi gak tau kenapa hati menolak. aku post salah satu Q&A di instastory, beberapa teman menjawab dan salah satunya ada nama dia. Aku kaget, sekaligus senang, berkali-kali aku mengatakan ini aneh ya memang aneh. kok bisa ada perasaan senang ketika instastory ku di notice oleh dia yang bahkan kita dm/an terakhir kali di bulan November 2018 dan ini bulan Januari 2019. aku masih ingat dia memberi ku sebuah pertanyaan dari nomor 1 sampai 30. seketika aku berpikir "kok dia ngasih pertanyaan sebanyak ini? apa dia pengen tau aku?" ya yaa mungkin aku yang terlalu percaya diri, atau karena emang dari awal aku sudah menyukainya?
aku lupa jawabanku saat itutapi kalau gak salah aku jawab "terlalu panjang jika ku jelaskan di story, sepertinya harus berbincang." lalu dia balas dengan dm "mari berbincang" entah apa yang aku rasakan saat itu, seperti dunia baru untukku menghampiri dengan senyuman.

13 Januari 2019
U : Mari berbincang 
N : siap berbincang
U : iya dong harus berbincang sama bu guru
N : haha hayu mari
U : iya nanti kalau kamu dan aku ada waktu luang
N : Baiklah, kita tunggu si luang
U : Iya semoga siluang cepet ketemu
N : Aaamiin, agar bisa bersatu
U : Semoga bersatu ya
N : semoga ya
U : semoga yang disemogakan tersemogakan
N : hahaha baik kakak
U : kayaknya aku ade kelas deh mbak wk
N : Ya gakpapa, biar lebih sopan aja wk
U : lah kesopanan mbak haha
N : Iya, biar tambah akrab
U : Iya dong harus akrab, follow-followan gaakrab mah gak asik haha
N : Iya numpang liat story doang mah buat apa ya haha
U : Iya gak asik itumah wk

Padahal dari percakapan diatas itu aku memberikan sebuag clue. 

Akan dilanjut nanti..

Senin, 13 Juli 2020

Seharusnya bukan jilid tujuh, melainkan jilid sembilan mungkin. Beberapa tulisan aku arsipkan, karena emang ngerasa yaudahlah jangan di post di blog. 
Sampai kapan ya? Sampai kapan apa? Segalanya. Lingkunganku sekarang berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Sementara sampai saat ini aku masih gak berani untuk sekedar bertanya soal hatinya. Lancang gak sih kalau aku pengen tau sebenarnya ada aku atau engga? Lancang gak sih kalau aku pengen tau kesempatan itu ada atau engga buat aku yang entah itu kapan? Lancang gak sih kalau aku pengen tau ada ga di setiap harinya dia inget aku walau hanya sekali?
Jujur, masih belum bisa di setiap hariku buat gak inget dia. Akugak tau kenapa, mungkin itu juga alasan kenapa aku bisa sampai segininya sama dia. Aku mengerti dia, dia gak suka kalau aku bahas soal ini. Mungkin aku akan terus dihantui rasa penasaran akan semua pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat aku tanyakan. Temanku sampai heran, kok bisa aku menyukai dia yang bahkan komunikasi aja paling sekali dua kali, ketemu pun jarang. Aku cuma bisa senyum. Cuma aku yang rasain karena mereka gak tau kalau sebenernya segala hal apapun tentang dia bikin aku seneng. 
Kepribadian dia yang bikin aku penasaran, yang entah dia itu sebenarnya orangnya seperti apa. Matanya yang segaris, rambutnya yang aku suka ketika dibiarkan tidak di cukur. Senyumnya yang bikin aku seneng sekaligus deg degan. Cara dia berpakaian, cara dia menatap, cara dia menyapa, cara dia mengajakku bercanda dan segala hal tentang dia bikin aku jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama dan di waktu yang sama. Aku masih ingin melihat dia lebih lama lagi. Harapanku tidak pernah berubah adalah diberi waktu setidaknya satu hari untuk bisa menghabiskan waktu satu hari itu bersama dia. Entah itu hanya sekedar mengelilingi jalanan, pergi ke toko buku, diam di tempat yang hening, atau pergi ke sebuah kedai memesan kopi sambil bercerita banyak hal yang telah dia lalui, aku ingin mendengar dia bercerita. Walau dia pernah mengatakan akan mengelilingi kedai denganku, kurasa aku tidak perlu  untuk mengelilingi semua kedai, cukup satu dan aku bisa berlama-lama dengan dia sambil bercerita, kalaupun dia tidak ingin bercerita, aku yang akan bercerita tentang bagaimana dia di mata ku, atau kalaupun aku tidak bercerita, tidak apa-apa untuk hanya sekedar diam asal dia ada di dekatku utuh dan baik-baik saja. Aku mencintai segala hal tentang dia, aku mencintai dia. Cuma di sini aku berani mengatakannya, karena dia tidak akan membacanya.
Pagi ini merasa perlu bersyukur, lebih dari yang bisa ditebak. Mulai berhenti mencemaskan dunia dan isi kepala sendiri, sebab hari ini aku merasa ada yang harus aku cari. Namun, entah apa. Terkadang aku hanya ingin menemukan diri sendiri di mata seseorang.
Kemarin sore, aku mencoba memberanikan diri datang ke tempat yang dulunya tempat itu membuatku nyaman karena ada salah seorang temanku yang menginginkan aku untuk mendengarkan ceritanya. Belum sampai tempatnya aja pikiran udah ke mana-mana, 
"apa masih sama?" lalu kaki ku berjalan ke arah kasir memesan salah satu minuman yang biasa aku pesan sekaligus dengan cemilannya. 
posisi badanku memiring melihat setiap sudut tempat duduk, seketika udara yang ku hirup, suasana yang terekam oleh kedua mataku seakan "asing" terlebih ketika aku memesan, orang-orang yang biasa ada di tempat itu semua tidak ku kenal. Aku merasa datang ke sebuah tempat asing, padahal hanya sebelas hari aku gak kesana, semua berputar dan aku gak kenal dengan tempat itu. Rasanya.... sedih, dan air mata gak sengaja keluar. Kalau sepi kayaknya akan menangis hebat, tapi untungnya ramai. Aku benci suasana seperti ini. Tempat yang biasanya aku betah berlama-lama di sana,tempat yang seisinya ramah dan baik, tidak ada es batu, dan cemilan yang biasa ku pesan berbeda bentuk potongan. 
Gak ada yang memihak, gak ada lagi yang tersisa. ini seperti gak adil.
Tujuh hari sebenernya cukup buat self-healing, tadinya ngerasa udah berdamai dengan semuanya, menerima semuanya, ternyata butuh waktu lagi, walaupun aku tau seiring berjalannya waktu semua keadaan akan seperti biasa lagi. 

Kamis, 09 Juli 2020

Tujuh hari mencoba menerima “semuanya”. Dalam tujuh hari itu ada satu hari di mana aku melakukan siklus tahun kemarin dan itu kerasa banget seolah balik lagi di tahun kemarin dan aku gak mau sampai terjadi lagi. Di mana aku mencari hal yang gak semestinya aku cari. Angkutan umum + lagu di headset + jalanan adalah kolaborasi yang  sangat apik! Gak kerasa air mata jatuh sedikit sampai derasnya. Aku menikmati itu. Seperti kehilangan untuk yang ke beberapa kalinya padahal apa yang hilang? Aku berusaha untuk melerai apa yang ada dalam pikiran dan hati. Sampai pada satu titik aku bisa untuk ber pura-pura. Aku hanya perlu ber pura-pura terlihat baik-baik saja. Iya, aku hanya perlu itu. Meskipun gakk mudah, aku harus mencobanya. Satu yang terlintas dalam kepala, “apa ini saatnya aku berhenti?” Apa mengalah adalah pilihan terbaik? Karena Bahagianya bukan aku, orang yang dia mau bukan aku, lalu apa gunanya aku? Aku harus melepas seseorang yang bahkan belum aku gapai? Seseorang yang mungkin sebenarnya risih atas kehadiranku di setiap hrinya yang selalu mengganggunya, aku tau diri, aku tidak pantas untuknya, ah aku ini apa? Kekuranganku yang sangat banyak ini pantas saja dia sama sekali tidak pernah melihat ku untuk menoleh aja kayaknya dia gak akan pernah mau. Maaf karena telah mengganggu harimu, terima kasih karena pernah baik. 

Selasa, 07 Juli 2020

Gatel pengen nulis di sini tapi di tahan-tahan, padahal kalau mau nulis ya nulis aja ya? terlalu malu dan terlalu takut banyak hal. hmm... hari ini lumayanlah semua telah berdamai walau belum sepenuhnya. Self Healing dengan caraku sendiri, meskipun caranya aneh sih. Tapi lumayan mampu membuat aku melewati semua ini tanpa ada orang yang tau di beberapa hari ke belakang aku mengalami hal yang gak mudah. Hari-hari yang bikin mata sensitif banget, tapi dari situ aku mengerti diriku sendiri, hari-hari yang sepenuhnya untuk diriku sendiri, beribu kali bertanya sama diri sendiri. Soal siklus tahun lalu yang sebenarnya sangat aku takutkan dan sekarang harus aku hadapi, lagi. Sampai di detik ini aku gak tau harus menulis apa lagi, masih 

Popular Posts

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Blog Saya

RM

Mengenai Saya

Foto saya
Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia

Hallo

the art of overthinking

It cannot be more simple than it is — with life comes all these rapid changes pretty unexpectedly, whether it greets you loudly or tries to ...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

About