Rabu, 11 Desember 2019
Senin, 11 November 2019
Aku yang mati-matian sibuk berlari ke arahmu, kamu yang mati-matian sibuk berlari ke arah yang lain, sementara dibelakangku ada yang mati-matian berlari ke arahku.
se "lucu" itu, ya?
Entahlah, sekarang ini kamu sedang melihat siapa. Dari gerak gerikmu sepertinya kamu sedang melihat seseorang. apa dia yang akhir-akhir ini membuatmu tertawa? senang? bahagia? semoga seperti itu. Jika memang dengan segala yang ku lakukan adalah bagian dari sebuah ke bencianmu, semoga dengan seseorang itu kamu bisa terlahir sebagai sosok kamu yang utuh dengan kebahagiaan yang sempurna jauh semakin baik.
Jika memang puncaknya harus merelakanmu dengan yang lain, aku bersedia sakit demi mu yang terlahir kembali menjadi sosok sebahagia mungkin.
Tapi meskipun demikian, aku tetap akan menunggumu hingga kamu melihat ke arahku.
Kamis, 31 Oktober 2019
Apa rambutmu sudah panjang?
Aku berharap kamu tetap dengan rambut gondrongmu karena aku suka itu.
Entah mimpi yang ke berapa ratus kali, alam bawah sadarku berhasil menemuimu kembali.
Bahkan dalam mimpi pun, aku hanya bisa melihatmu dari jauh.
Aku tidak tahu lagi bagaimana harus menunggu.
Waktu yang ku habiskan untuk berpasrah, entah mengapa justru membuatku merasa tak cukup layak untuk berharap.
Aku punya keinginan untuk berhenti, menjauh dari seluruh angan di kepala.
Tapi hatiku enggan beranjak, ia menolak untuk dipulihkan dari harapan yang keliru.
Aku tidak menyalahkan kamu yang memilih menjauh, aku hanya tidak pernah berhasil menemukan jawaban mengapa saat itu kamu tidak melarang aku menunggu.
Sering sekali aku bertanya kepada diri sendiri;
Apakah kamu mampu menjalani hari-harimu dengan tenang, saat kamu tahu di luar sana ada seseorang yang setiap hari membalut hatinya dengan penantian-penantian yang sebenarnya adalah luka?
Apakah kamu pernah berpikir untuk kembali, dan meminta aku untuk berhenti?
Apakah kamu tidak pernah berdo'a kepada Tuhan agar menghapus seluruh perasaanku kepadamu?
Aku tidak tahu apa-apa, bahkan pada diriku sendiri aku juga tidak mengerti.
Setiap hari aku menghabiskan waktu untuk berpura-pura sibuk.
Tapi selalu ada celah bagi jari-jariku untuk mengetikkan namamu di menu pencarian beberapa media sosial.
Demi Tuhan, aku selalu ingin tahu kabarmu.
Entah bagian mana yang penting, tapi aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja.
Aku kerap memaki rindu, mengutuk cemas yang membuatku semakin tidak tahu diri. Tapi aku selalu patuh, meski tahu kenyataan yang ku temukan adalah kenyataan yang sama sekali tidak aku harapkan. Aku tetap ada, berharap kamu berbalik dan menyadari bahwa tidak ada yang berhasil menghilangkan aku-tidak juga pergimu.
Aku menolak menyebut kebetulan setiap kali kamu melihat instastory ku, setelah sekian lama menghilang tanpa kabar. Bagiku kamu adalah keajaiban, kebaikan-kebaikan yang dihadiahkan Tuhan atas sabarku menunggu dan berdoa.
Aku berharap semoga aku tidak pernah lagi patah hati dan terluka. Aku berharap semoga caraku mencintaimu tidak salah. Aku berharap bisa bahagia setiap kali melihat senyum bahagiamu bersama siapapun yang berhasil membuatmu jatuh cinta.
Jangan terlalu mengasingkan diri.
Aku memang mencintaimu tapi aku juga tahu ada batas yang harus ku jaga.
Kamu meninggalkan kekalutan yang tak bisa ku hadapi sendiri.
Bukankah sebelum kamu pergi, kita baik-baik saja?
Segalanya menjadi rumit setelah kamu pergi bahkan kita menjadi asing kembali.
Haruskah aku menunggu?
atau haruskah aku menyerah dan berhenti saja?
Jika aku menunggu, bagaimana jika ternyata kamu tidak datang?
Jika aku menyerah, bagaimana jika kamu kembali, karena ternyata selama ini kamu hanya butuh jeda?
Aku hanya tidak ingin menyesal.
Jumat, 18 Oktober 2019
Aku tidak tahu bahwa cerita yang tak rela ku selesaikan mampu membawaku sejauh ini.
Sebelum semuanya benar-benar berakhir, izinkan aku membawamu kembali pada masa saat kita masih baik-baik saja; tanpa canggung untuk saling menyapa dalam story, tanpa malu-malu bertanya kabar lewat direct message, tanpa takut mengaku rindu.
Aku ingin seperti dulu, lagi, lagi, dan lagi.
Tak peduli apa yang kau pikirkan, aku akan melarangmu menjauh, apalagi pergi untuk meninggalkan aku yang tak bisa diam mencarimu.
Aku menolak mengenangmu, sebab hatiku tidak akan pernah menerimamu sebagai kenangan.
Semakin hari, rindu akanmu juga semakin menyerangku, semakin gaduh, tapi aku tidak bisa mengelak.
Aku menerimanya sebagai sebuah pemakluman.
Entah apa yang terjadi, oktober yang asing gagal membuatku mengasingkan diri.
Aku yang seperti ini dan tidak tahu caranya berhenti.
Aku sudah berusaha bergerak maju; menjauhimu tapi waktu memaksaku berjalan mundur— menemuimu yang tak lagi sama.
Aku bergerak, tapi perasaan tetap sama; menunggu kau bergerak, tak lagi mengucapkan selamat tinggal, tapi akan ku ucapkan selamat datang.
Rabu, 11 September 2019
Setiap hari aku selalu rindu, aku menulisnya.
Dalam setiap kalimat ini, menambah rindu yang lain.
Sial , rindu ini tidak akan pernah selesai.
Aku tidak tahu kapan semua akan mereda. Aku tahu yang aku lakukan semua ini salah, tapi hati berkata lain, aku kalah.
Ketakutan terbesarku adalah kamu semakin membenciku, sementara aku semakin ingin dekat denganmu. Tolong, bisakah kamu sedikit saja melihat ke arahku? Agar aku tidak semakin keras dan nekat melalukan hal di luar nalar yang akan semakin kamu benci.
Maaf untuk ketidak beranianku menyapamu di setiap kali kita bertemu dalam beberapa acara padahal mata kita dalam beberapa waktu sering bertemu, kadang aku menunggumu untuk menyapa, tapi aku tahu kamu tidak akan memulainya.
Maaf untuk doa-doa yang diam-diam masih memintamu kembali pada saat kita baik-baik saja
Aku tahu tidak ada doa yang salah, tapi melibatkanmu dalam setiap semoga adalah hal yang mungkin tidak bisa kamu terima.
Maafkan hatiku, juga doaku yang masih menyimpan harapan.
Jika kamu tidak bisa memaklumi perasaanku, silakan berdoa, rayu Tuhan, minta padanya agar aku berhenti.
Minggu, 08 September 2019
Pertemuan Kedua
Senang sekali bisa bertemu, kali ini berbeda. Ya, berbeda, menurutku berbeda dari pertemuan pertama.
Hal terbodoh yang aku lakukan mungkin hari kemarin.
Rabu, 28 Agustus 2019
"Mencintaimu saja aku sudah bahagia."
Aku yang pemalu sekaligus tidak tahu malu ini memang tidak sesuai dengan keinginanmu.
Bertemu denganmu? Inginku sejak pertama mengenalmu, tetapi aku tidak mempunyai keberanian hanya untuk menyapa, padahal sejak dulu keinginanku adalah; duduk berdua, berbincang tentang hari ini dan apapun. menyapa? ah aku kesal dengan diriku sendiri! Aku tidak memiinta banyak. Hanya duduk diam bersamaku dalam waktu yang lama, tanpa sepatah kata juga canda. Iya, cukup diam saja dalam rangkulan. Aku takut, barangkali ini adalah hari terakhirku, selalu saja, hatiku gelisah. Jadi, izinkan aku, berlama-lama diam bersamamu. Cukup begitu saja, tidak lebih.
Kamu semakin jauh, tak tergapai. Berulang kali aku mengirim pesan singkat, tidak di gubris dan berakhir di centang abu-abu. Sedih? iya. Mana mungkin tidak sedih ketika aku menginginkannya sedangkan kamu semakin menjauh. Aku mencari tahu semua tentangmu, aku mencarimu.
Entah mengapa, semakin kamu menjauh, aku semakin ingin terus mendekat, aku semakin ingin terus berjuang.
Tapi, ya, apa aku sudah keterlaluan? Kadang perihal mu bisa membuatku berpikir dan bertanya;
"ayo, mau luka yang bagaimana lagi? silakan!"
Semoga, suatu saat nanti, entah kapan itu, hatimu bisa mengantarkannya kepadaku.
Selasa, 30 Juli 2019
Kala itu mata saling bertemu,
Aku bisu,
Aku gagu,
Dan aku menyesal, mengapa aku tidak mendahului mencairkan suasana.
Padahal hanya sebatas "hai" atau "eh kamu"
Mana mungkin suasana akan mencair ketika hati jelas-jelas bergetar hebat?
Saat itu aku berharap salah satu dariku atau kamu yang akan melantunkan kata sapa, tapi? tidak.
Mungkin kalaupun aku mendahului, aku akan terbata-bata, atau bahkan memperparah suasana.
Padahal aku ingin duduk, berdua, meskipun tanpa sepatah kata, setidaknya kamu ada dan aku akan memperhatikan wajah dan aroma tubuhmu untukku tabung.
Karena aku tahu, aku dan kamu tidak berpeluang untuk sengaja bertemu.
Tapi aku bahagia, lama sekali aku menantikan hari itu.
Pertemuan yang sudah ku tulis di catatan harianku 6 bulan lalu.
Senin, 06 Mei 2019
Terimakasih sudah kembali, bukan kembali kepadaku, tapi kembali aktif di media sosial. Sesenang itu, melihat mu masih ada di bumi. Itu lebih dari cukup. Lebih seringlah meninggalkan jejak, agar tak ada khawatir. Kamu, penghuni pertama instastoryku.
Kamis, 02 Mei 2019
Hari ini Minggu tanggal 27 bulan April tahun 2019, aku memustuskan untuk berhenti. Berhenti dari segala kebodohanku. Aku akan berhenti mencarimu, memasuki wilayahmu, atau mungkin mencari di setiap kedai. Tapi ada satu yg membuatku nyaman ketika mencarimu, yaitu duduk sendiri dipojokan kedai sambil menikmati secangkir kopi + gula karena aku tidak terlalu suka kopi pahit. Duduk sendiri seperti itu menyenangkan apalagi sambil membayangkan apapun, kalau aku lebih sering membayangkanmu datang dengan tiba-tiba dan mengajakku berbincang, tertawa, hal sederhana seperti yang ingin dari dulu aku wujudkan hingga aku tulis di buku catatan bulananku. Tetapi kamu sepertinya tidak mau bekerja sama untuk mewujudkannya. Apa aku harus membawa mou dan matrai 6000 kepadamu untuk awal mula bekerja sama? Seperti tidak mungkin dengan cara seperti itupun. Semoga Tuhan menguatkan aku. Terimakasih ya telah menghilang, aku jadi belajar bahwa jatuh cinta pada orang yang belum bertemu mungkin terlalu cepat meskipun perkenalan kita sudah lama. Bahagia selalu ya? Dah.
Kamu kemana pi? Aku kangen, kamu jangan menghilang.
Rabu, 17 April 2019
berharap udara menyampaikan dengan hembusannya.
Peraduan,
17 April 2019
Selasa, 02 April 2019
Selamat dua puluh tiga tahun di bumi,
Nona-penikmat-aksara. Berterima kasihlah pada luka, kecewa dan air mata. Karena mereka yang membuatmu menjadi manusia.
Usiamu berkurang lagi, nona.
Dua puluh tiga tahun hidup dibumi menyenangkan bukan?
Bagaimana rasanya?
Gagal
Patah
Sakit
Sesak
Airmata
Depresi
Rasa cemas, dan
Segala hal buruk lainnya yang selalu menghantui?
Tak apa,
Tuhan mendatangkan segalanya karena tak ingin kamu lupa bersyukur saat berada di atas nanti.
Jadi, tolong tetap kuat ya nona?
Bumi tempat orang bebas bersuara, kau hanya perlu memakluminya dan menyediakan hati yang lapang.
Aku tahu kamu lelah, tapi
Jangan menyerah, ya?
Semua hampir sampai.
Sedikit lagi.
Aku tahu kamu ingin menyerah,
Aku tahu,
Banyak dari mereka mencoba mematahkan cita-citamu, tapi
Jangan patah semangat, ya.
Masih ada yang ingin melihatmu berhasil walaupun tak sebanyak yang mematahkan.
Orang-orang ini pantas untuk kamu bahagiakan dan saat berhasil nanti, mereka jangan sampai kamu lupakan.
Aku tahu kamu selalu gagal dalam percintaan, tapi
Jangan biarkan rasa sakit menguasai hingga kamu menutup diri dan enggan membuka hati.
Tak apa orang lain mengira kau gila kerja, akibat hati patah.
Tak apa untuk pura-pura bahagia,
Tak apa untuk menyembunyikan kesedihanmu dari mereka,
Kamu kuat, dan akan selalu kuat, nona.
Kamu hanya perlu malam panjang yang sepi untuk menumpahkan semua tangisanmu demi menjalani esok hari dengan berbagai kekonyolan dan keceriaanmu.
Aku tahu ini sulit, tapi
Belajarlah memaafkan.
Maafkan mereka yang membuatmu merasa sendirian,
Maafkan mereka yang selalu membuatmu merasa bahwa kamu tak cukup baik, juga
Maafkan mereka yang selalu melukai perasaan melalui ucapannya di balik punggungmu.
Yang terpenting,
Maafkan dirimu sendiri.
Berhentilah melukai diri.
Ingatlah mereka yang mengusahakan apapun untuk membuatmu tetap tersenyum dan begitu ingin melihatmu berhasil.
Kuatlah.
Sebentar lagi, ada senyum yang panjang menjemputmu.
Selamat merayakan dua puluh tiga tahun di bumi, nona.
Tetap kuat, dan tabah!
Rabu, 03 April 1996
Selasa, 26 Maret 2019
Kuning, itu pertanda sore hari.
Jalanan padat, terotoar terisi anak-anak manusia.
Menunggu jemputan, kendaraan online, tukang ayam goreng, wah sepertinya cacing punyaku mulai berinteraksi.
Banyak sekali pelajaran untuk hari ini. Aku bangga dengan diriku sendiri, tapi juga aku sedih melihat diriku.
Seribu syukurku pada Tuhan sepertinya tak akan cukup, aku amat sangat menikmati ini semua, dunia ini, sakit ini, bahagia ini, segala pekerjaanku ini. YaAllah, terima kasih kau telah membawaku ke bumi.
Popular Posts
-
Entah sudah berapa puisi ku tulis untuk menceritakan semua tentangmu. Mungkin tak akan ada habisnya. Sebab aku ingin selamanya menulisk...
-
Tentang ikhlas adalah sebuah pelajaran dengan bab-bab yang tidak pernah aku temukan akhirnya. Jika ikhlas serupa samudra, perahu seperti apa...
Cari Blog Ini
Daftar Blog Saya
RM
Mengenai Saya
Hallo
the art of overthinking
It cannot be more simple than it is — with life comes all these rapid changes pretty unexpectedly, whether it greets you loudly or tries to ...